SAMARINDA. KOMINFONEWS - Sinergitas lintas sektor terus dibangun dalam rangka menekan kasus stunting di Kota Samarinda. Tidak hanya sesama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda. Tetapi juga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Samarinda.
Seperti yang terungkap dalam Rapat Hearing Komisi IV DPRD Kita Samarinda bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kota Samarinda terkait angka rill terkini kasus stunting dan upaya Pemkot untuk percepatan penurunan stunting di Ruang Rapat Gabungan Lantai 1 DPRD Kota Samarinda, Kamis (17/4/2025) siang.
"Kita ingin dengarkan angka pastinya kasus stunting di Samarinda itu ada berapa? Sehingga kita tidak hanya sekadar meraba-raba saja. Biar kita tahu jelas, seperti apa perkembangannya setelah ada alokasi anggaran untuk penanganan masalah stunting ini," ujar Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, dr Sri Puji Astuti saat membuka rapat.
Plt Kepala DP2KB Kota Samarinda, Isfihani menyebut secara keseluruhan kasus stunting di Kota Samarinda adalah sebanyak 18.039 Kepala Keluarga (KK). Kasus terbanyak ada di Kecamatan Sungai Kunjang, dan yang paling sedikit ada di Kecamatan Samarinda Kota.
"Kita berupaya keras supaya semuanya bisa kita intervensi. Cuma memang harus diakui ada kendala di lapangan. Semisal kita intervensi untuk mewujudkan jamban sehat. Tapi tidak bisa kita tindak lanjuti, karena yang hendak kita intervensi ini berstatus sebagai penyewa, bukan pemilik rumah," ungkap Isfihani.
Sementara Sekretaris Dinkes Kota Samarinda, dr Hj Irama Fitamina Madjid menjabarkan banyak hal terkait upaya penanganan kasus stunting di Kota Samarinda. Termasuk soal hasil.pengukuran selama tiga tahun belakangan yakni 2022, 2023, dan 2024.
Ia juga menjelaskan soal faktor determinan terkait kejadian gangguan gizi pada balita. Di antaranya berkaitan dengan ada dan tidaknya JKN/BPJS, akses air bersih, jamban sehat, imunisasi, kecacingan, riwayat ibu hamil, ada dan tidaknya penyakit penyerta, serta merokok dan tidaknya anggota keluarga.
Upaya yang dilakukan selama ini lanjut dia, yakni dengan melakukan 11 intervensi spesifik dalam rangka percepatan penurunan stunting. Di antaranya skrining anemia remaja putri, konsumsi tablet tambah darah rematri, pemeriksaan kehamilan, konsumsi TTD ibu hamil, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronis, serta pemantauan pertumbuhan balita. Berikut ASI ekslusif, pemberian makanan tambahan protein hewani bagi baduta, dan tata laksana rujukan balita stunting.
"Selanjutnya peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi serta edukasi rematri, bumil, dan keluarga balita," pungkasnya. (HER/KMF-SMR)